Karena tiap detik adalah berharga..............

Maka berpetualanglah selagi bisa! \^_^/

Sabtu, 14 Agustus 2010

Dieng Plateau MAP


Sebelum jelajah.... pantengin dulu petanya... mulai dari kawah berbagai ukuran, telaga berbagai warna, bukit yang biasa dipakai buat hunting foto sunrise, hingga candi tinggalan nenek moyang kita... bisalah dipakai buat pegangan kita waktu ke Dieng "Desa seribu kawah"

Kamis, 12 Agustus 2010

Preface “The Miracle of Dieng-1”



Satu hal yang sah menjadi syarat sebuah dataran tinggi adalah udara yang dingin. Begitu pula saat kami menjejakkan kaki di Dieng. Setelah menempuh perjalanan 4 jam dari Jogjakarta. Lelahnya perjalanan terbayar sudah dengan lokasi yang asri saat kami melewati tanjakan jalan selepas rehat sejenak di Kota Wonosobo.
Dataran tinggi Dieng dengan dikelilingi ladang terasiring yang tertata baris-berbaris dengan dipenuhi berbagai tanaman holtikultura dan perkebunan teh. Seketika itu Udara dingin perlahan mulai merasuk, semakin lama kami berjalan, udara dingin semakin menusuk kulit.
Akhirnya tibalah di dataran tinggi Dieng yang berada di ketinggian ”+2093 MDPL”. Ya, inilah daerah tertinggi yang dihuni masyarakat Wonosobo. Nuansa pegunungan dan keasrian alam dibumbui slentingan aroma belerang menyambut kami.
Secarik kalimat tertulis di sebuah dinding yang mulai rapuh termakan usia “Dieng is Miracle in the world”. Inilah sambutan kedua yang kami temui saat memasuki kawasan wisata Dieng, setelah disambut gapura besar yang kami lewati sebagai gerbang masuk. Sepotong kata “miracle” inilah yang mendorong kami untuk secepatnya melakukan jelajah Dieng.
Setiba di Dieng kami segera mungkin mencari penginapan karena gelap mulai menjelang. Berbekal informasi yang kami dapat dari berbagai situs di internet, kamipun memutuskan untuk tinggal di homestay. Sangat mudah untuk mencari penginapan baik itu hotel ataupun homestay di dataran tinggi Dieng.
Homestay Asoka menjadi pilihan kami saat itu. Ternyata pilihan ini tepat, sambutan hangat kami terima. Yah… serasa tinggal di rumah sendiri. Konsep homestay Dieng layaknya kita menumpang di tengah keluarga.
Lama berbincang dengan tuan rumah, tidak terasa sudah pukul 8 malam. Saat itu juga kami beranjak dan mencarai makan malam. Di luar perkiraan, ternyata jam 8 malam saja, Dieng sudah begitu sepi. Bahkan, untuk mencari makan malam begitu susah. Beruntung ada satu hotel yang memiliki restoran, ya cukup sederhana memang. Namun, cukup untuk menentramkan perut malam itu. Sembari makan, kita susun rencana untuk esok hari……..